SWARA DELI




Sabtu, 24 November 2012

PKS Mengulang Kemenangan Pilgub 2008?


Tidak ada skenario, tapi sejarah terulang lagi. Pada pilgub 2008, Gatot Pujo Nugroho yang dijagokan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggandeng Syamsul Arifin, yang merupakan politisi senior Partai Golkar di Sumut. Saat itu, Golkar sudah punya calon sendiri, yang resmi, yakni Ketua Golkar Sumut saat itu, Ali Umri.    Empat tahun berlalu, PKS kembali menggaet kader Golkar, Tengku Erry Nuradi, sebagai cawagub yang dipasangkan dengan Gatot. Padahal, Golkar mengusung Chairuman Harahap. Apakah dengan cara ini PKS ingin mengulang lagi cerita kemenangan pilgub 2008?
Ketua DPP PKS Refrizal, buru-buru menampik anggapan itu. PKS tidak punya rancangan di atas kertas jauh hari, bahwa harus menggaet kader Golkar untuk diduetkan dengan Gatot."Ini semata-mata karena sudah jodoh," ujar Refrizal, anggota Komisi VI DPR, di Jakarta, kemarin.Partai berbasis massa Islam itu juga tidak ada niatan mencerai-berai kekuatan Golkar di Sumut menghadapi pilgub Sumut 2013 mendatang.
Ya, itu sudah jodoh. Refrizal cerita, sebenarnya ada beberapa nama kandidat pendamping Gatot yang diusung DPW PKS Sumut, untuk digodok di rapat DPP PKS. Tapi setelah diputar-putar, diaduk-aduk datanya, terutama data hasil survei, yang ketemu adalah nama Tengku Erry. Pasangan Gatot-Tengky Erry dianggap yang paling mumpuni, dibanding jika Gatot dijodohkan dengan nama lain.
Selain berdasar data survei, Gatot sendiri merasa cocok dengan bupati Serdang Bedagai itu. "Kayak orang kawin, keduanya merasa cocok dulu, baru dirapatkan ke DPP PKS. Tapi nama yang dianggap cocok dengan Gatot, sebelum diputuskan, ada beberapa nama," ujar Refrizal.
Hanya saja, Refrizal pelit menyebutkan nama-nama kandidat selain Tengky Erry. Sebelumnya, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq menyebutkan, salah satu nama yang ikut digodok adalah Fadli Nurzal, Ketua DPW PKS Sumut.
Nah, apakah ketika ingin menggaet Tengku Erry PKS sudah minta izin ke Partai Golkar? Terang-terangan, Refrizal menjawab tidak ada pembicaraan PKS dengan Golkar mengenai pengusungan Tengku Erry ini.
"Karena pilkada itu tidak bicara partai, tapi personal. Yang bersangkutan (Tengku Erry, red) mau, ya sudah lah," ujar Refrizal. Menurutnya, cara PKS yang seperti ini adalah hal lumrah dalam perpolitikan di pemilukada.
Pria asal Sumbar itu membandingkan proses di internal PKS ini, dengan proses saat pilgub Sumut 2008. Saat itu, Gatot berpasangan dengan Syamsul Arifin, seorang tokoh Golkar Sumut. PKS saat itu koalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). "Padahal Golkar saat itu sudah punya calon sendiri (yakni Ali Umri, red). Dan tak ada masalah, dan kita menang," imbuhnya.
"Dan Pak Syamsul setelah menjadi gubernur, balik lagi ke Golkar (sebagai Ketua DPD Golkar Sumut, red)," kata Refrizal menambahkan.
Itulah politik. Dinamikanya ditentukan kesamaan kepentingan. Kata Refrizal, dengan Syamsul Arifin pun hingga saat ini hubungan para petinggi PKS masih cukup baik. "Pak Syamsul itu sahabat kita," ujarnya.
Sejumlah petinggi PKS pun, lanjutnya, sempat membesuk Syamsul Arifin di rutan Salemba. "Kalau saya membesuk saat Pak Syamsul sedang dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Kita tetap menjaga hubungan baik dengan Pak Syamsul. Hubungan kemanusiaan," tuturnya.
Pernahkah ada upaya PKS mendekati Golkar secara institusi untuk berkoalisi di pilgub Sumut ini? Refrizal tidak menampik ada upaya itu. Caranya?
Secara personal, hubungan Refrizal dengan Chairuman cukup dekat, karena sama-sama duduk di Komisi VI DPR. "Bahkan duduk pun selalu berdekatan dengan saya," cerita Refrizal.
Kedekatan itulah yang digunakan PKS untuk 'menggoda' Chairuman. Dalam beberapa kali kesempatan, sebelum Golkar menetapkan Chairuman sebagai cagub, Refrizal melontarkan selorohan-selorahan ke mantan Deputi Bidang Hukum Kantor Kemenko Polhukam itu."Saya katakan ke beliau dengan nada gurau, "sudahlah pak, jangan banyak-banyak calonnya". Tapi beliau diam saja, cuman senyam-senyum," kata Refrizal.
Refrizal sendiri memaklumi sikap Chairuman itu, lantaran tekad dan persiapannya untuk menjadi cagub, bukan cawagub, sudah matang. "Dan nggak mungkin Gatot menjadi nomor dua (cawagub, red)," katanya.(J)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar