Catatan : Jenda Bangun
“
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya, kita mesti tabah
menjalaniHanya cambuk kecil agar kita sadar, adalah Dia di atas
segalanya Hohohoo… adalah Dia di atas segalanya “
( Untuk Kita Renungkan : Ebiet G Ade )
--------------------
Demikian
tembang legendaris ini berkumandang, mengiringi isak tangis dan suara
tersekat seorang ibu yang sedang berbicara dengan keluarganya via
selular.Derai air mata luruh membasuh wajah sembari menyebut asma Allah
pertanda ikhlas. Allahu Akbar … Betapa remuknya asa di dada dibantai
dahsyatnya bencana. Hikmah apa sebenarnya yang dapat diambil dari
tragedi gempa Aceh, Nias, Bengkulu, Jogja, Tasikmalaya, Padang, Jambi
dan kemarin di Maluku ? Secara singkat dapat dikatakan yakni
pembelajaran.Ya … tentu sambil merenungkan langkah selanjutnya, yang
dilakukan untuk membaca peringatan dini (early warning system) sebelum
bencana mendera serta rakus menelan korban. Artinya , supaya ratusan
bahkan ribuan jiwa tidak melayang sia-sia. Lalu, lembar demi lembar
rupiah dapat diselamatkan dari dampak gempa yang meluluhlantakkan
infrastruktur, atau ekonomi masyarakat yang memang sudah kupak – kapik
ini. Belum penuh penanggalan sebulan gempa bumi "mengunjungi" kota-kota
di Jawa Barat-Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur yang menjadi kota-kota
terparah.Sekarang tangis pilu warga Padang Sumatera Barat, membahana di
seantero Nusantara. Tempat tinggal mereka hancur berantakan digoyang
gempa berkekuatan 7,6 skala Richter. Ribuan orang dipastikan tewas dalam
musibah ini, malah ada yang mendata , angkanya akan terus
bertambah.Banyak alat deteksi dini (early warning system) untuk gempa
dan tsunami hasil kerjasama beberapa lembaga riset Jerman dengan lembaga
riset Indonesia yang telah dibangun di daerah Sumatra Barat ternyata
hilang dicuri. Kalau ditinjau dari sisi kondisi ekonomi rakyat saat ini,
tentu ada skala kewajaran.Short term memory rakyat lebih dominan
mengenal urusan perut hari ini dari pada menanti gempa yang entah kapan
terjadi. Nahasnya, gempa akhirnya terjadi, tanpa pernah terdeksi oleh
alat canggih miliaran rupiah yang tidak berfungsi.Masyarakat yang
tinggal di daerah "langganan" gempa, alangkah baiknya kembali meneladani
kearifan lokal masyarakat tradisi akan tanda-tanda datangnya bencana.
Seperti, turunnya hewan-hewan pegunungan saat gunung berapi sebentar
lagi meletus.Warga Pulau Simeulue Nangroe Aceh Darussalam misalnya,
orang tua di daerah ini selalu menasihati anak-anaknya tentang bagaimana
menyelamatkan diri bila air laut pasang. Hebatnya, saat tsunami 2004
silam, penduduk kawasan ini, yang berada paling dekat dengan pusat
gempa, justru minim korban.Demikian juga gejala alamiah yang masih
diperbincangkan.Sehari sebelum gempa dahsyat yang memakan korban ribuan
jiwa, warga sekitar Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sempat
melihat adanya awan (mereka menamakan awan cirrus) yang membentang dari
Utara ke Selatan. Pembelajaran ini juga, layaknya disikapi serius
pemerintah. Tiba saatnya masyarakat mulai dilatih menyiapkan konstruksi
bangunan tahan gempa. Tentu bukan hanya wacana yang digelindingkan
pascabencana, melainkan harus dipraktikkan oleh masyarakat luas,
terutama daerah-daerah rawan gempa.Masyarakat yang tinggal di daerah
"langganan" gempa, sebaiknya kembali meneladani kearifan lokal
masyarakat kita, akan tanda-tanda datangnya bencana. Seperti, turunnya
hewan-hewan pegunungan saat gunung berapi sebentar lagi meletus.Di Pulau
Simeulue Nangroe Aceh Darussalam contoh berikutnya, orang tua di daerah
ini selalu menasihati anak-anaknya tentang bagaimana menyelamatkan diri
bila air laut pasang. Hebatnya, saat tsunami 2004 silam, penduduk
kawasan ini, yang berada paling dekat dengan pusat gempa, justru minim
korban.Pertanda lain, meski gejala alamiah ini masih diperbincangkan,
sehari sebelum gempa dahsyat yang memakan korban ribuan jiwa, warga
sekitar Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sempat melihat adanya
awan (mereka menamakan awan cirrus) yang membentang dari utara ke
selatan. Pembelajaran ini juga, layaknya disikapi serius pemerintah.
Masyarakat harus mulai dilatih menyiapkan konstruksi bangunan tahan
gempa. Tentu bukan hanya wacana yang digelindingkan pascabencana,
melainkan harus dipraktikkan oleh masyarakat luas, terutama
daerah-daerah rawan gempa.Di Indonesia, iklim politik memang ikut
memecah konsentrasi penanganan bencana dan prioritas dana. Sebagai
contoh, berita ketanggapan pemerintah daerah pada kasus banjir di Jawa
Timur seperti tenggelam oleh berita elite yang memperebutkan kursi
Gubernur yang harus diulang beberapa kali. Maka jangan salahkan bila
kemudian rakyat mengira bahwa terlantarnya mereka saat ini karena dana
yang dimiliki elite politik telah tersedot habis lantaran pilkada.
Sangatlah wajar bila resep penanggulangan bencana pemerintah selama ini
perlu dikritisi oleh para wakil rakyat dan rakyat perlu mendorong
wakilnya menuntaskan agenda-agenda penting penanggulangan bencana.
Karena bencana rutin datang tanpa ada perbaikan dari tahun ke tahun dari
sisi monitoring atau penanggulangan pascamusibah. Hal ini dilakukan
tentu saja untuk meminimalkan jumlah korban, meskipun datangnya gempa
tidak satu pun yang tahu, berapa kekuatannya, termasuk berapa jumlah
korbannya. Sebab, cuma Tuhan yang Mahatahu ke mana lagi gempa dahsyat
akan "berkunjung" ……. adalah Dia diatas segalanya (Posted 15th October 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar