Dosen Universitas
Medan ( Unimed ) Ben M Pasaribu menyatakan,perkusi terkecil di dunia
terdapat pada alat musik tradisional Karo. Pernyataan tersebut
mengejutkan banyak pihak,sebab pakar musik ini menyampaikannya tanpa
melalui penelitian.Namun dalam berbagai kesempatan sebagai pembicara,Ben
memberikan argumentasi berdasarkan pengalamannya melanglang buana ke
berbagai belahan dunia.
Perkusi
mini tersebut berukuran 15 centimeter terbuat dari kayu ingul.Wujudnya
persis seperti gendang yang ada di etnis lain di Indonesia,bagian atas
dan bawah ditutup dengan lembaran kulit napuh ( sejenis hewan liar yang
masuk dalam keluarga kancil) .Kedua sisi yang menutup gendang tersebut
saling berhubungan dengan pengikatnya yang terbuat dari kulit sapi
berbentuk tali.
Penggunaan
perkusi (gendang ) terkecil tersebut biasanya sebagai penyeimbang ritem
padan ansambel gendang lima sendalanen.Disebut gendang lima sendalanen
atau lima sejalan karena saat digunakan,sekaligus tampil lima alat
musik.Kelimanya adalah gendang indung,gendang anak,sarune,gong kecil dan
gong besar.Sebelum alat musik modern elektone tunggal merajai hajatan
etnis Karo,inilah yang sering muncul di komunitasnya, baik di Tanah Karo
, Deliserdang , Langkat , Medan dan beberapa daerah lainnya. Untuk
hajatan adat yang berlangsung di kalangan etnis Karo,peranan gendang
lima sendalanen ini cukup kuat.Suasana suka atau duka sering menjadi
sempurna manakala alat musik tradisional tersebut hadir.Istilah
bebasnya, menjadi gambaran status sosial. Terkecil
Ben
M Pasaribu menilai, perkusi terkecil ini merupakan stimulan (
perangsang ) yang sangat bermakna bagi perjalanan musik tradisional
Karo.Artinya , dapat memberikan apresiasi kepada instrumen musik daerah
ini, dan membuka cakrawala pemikiran generasi muda menggeluti seluruh
alat musik tradisi yang ada di Sumatera Utara.
Katanya,
asset etnis Karo berupa perkusi terkecil ini kekeyaan yang tidak
dimiliki etnis lain di dunia.Hal ini membuktikan karya dan karsa leluhur
Batak memiliki kemampuan yang setara dengan bangsa lain di jagat raya. "
Pihak pemerintah mesti melakukan kebijakan untuk
pelestariannya,"katanya.
Harapan
Ben, merebaknya musik digital dengan segala kemudahannya tidak membuat
musik tradisional "terhimpit".Peran serta budayawan , musisi , akademi
serta lembaga lain cukup mendesak untuk menggairahkan apresiasi kepada
warisan leluhur,"katanya.(Posted 17th September 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar