Langkah PDI
Perjuangan mengusung anggota DPR dari dapil Jakarta, Effendi Simbolon,
menjadi cagub Sumut, terus menuai sorotan. Sikap partai banteng mulut
putih yang menolak mengusung RE Nainggolan, dianggap sebagai sikap
arogan. Pasalnya, popularitas RE Nainggolan di Sumut jauh di atas
Effendi Simbolon.
Pengamat politik Umar Syadat Hasibuan sangat yakin, perolehan suara
Effendi Simbolon bakal jeblok. Terlebih, dia berpasangan dengan Djumiran
Abdi, yang merupakan wakil ketua Kwarda Pramuka Sumut.
Doktor politik lulusan UI itu menilai, massa pendukung Effendi-Djumiran
sangat sedikit dan itu pun mereka belum punya hak suara. Kok bisa?
Umar mengajukan sejumlah alasan. Pertama, Effendi tak punya basis massa
di Sumut. Ini lantaran dia tidak pernah membangun karir politik di
Sumut. "Selama ini dia basisnya di Jakarta, dari dapil Jakarta. Apa
pendukungnya mau dikerahkan dari Jakarta ke Sumut untuk memilih dia?"
ujar Umar kepada JPNN kemarin saat dimintai tanggapan mengenai peta
kekuatan para pasangan cagub-cawagub.
Kedua, meski bermarga, Effendi tetap tidak akan bisa mengambil suara
pemilih di kawasan Tapanuli. "Karena warga Tapanuli itu basisnya RE
Nainggolan. Di sana tak ada yang kenal Effendi Simbolon," sergahnya
enteng.
Alasan ketiga, terkait sosok Djumiran. Umar menilai, Djumiran sama
sekali tidak akan mampu mendulang suara dari warga Jawa. Pemilih dari
warga Jawa yang disasar Djumiran, diyakini Umar akan lebih tertarik ke
sosok Gatot Pujo Nugroho dan Soekirman, yang merupakan pasangan Gus
Irawan.
"Nah, pendukung Djumiran ini belum punya hak suara, yakni anak-anak pramuka SD dan SMP," ujar Umar, dengan nada serius.
Lebih jauh, Umar menilai, pencalonan Effendi-Djumiran ini sebenarnya
juga merupakan bentuk pelecehan kepada masyarakat Sumut. Pasalnya,
masyarakat Sumut yang sudah cerdas, disodori pilihan yang tidak bermutu.
Pilgub Sumut hanya dijadikan ajang uji coba bagi PDIP.
"Kayak Timnas saja pakai uji coba. Kalau uji coba, kayak Timnas itu,
cari lawan yang lemah seperti Timor Leste, pasti menang. Ini pilgub
Sumut lawannya berat-berat, pemilihnya cerdas," beber pria asal
Labuhanbatu itu.
"Dan ingat, Effendi Simbolon itu bukan Jokowi. Kalau Jokowi punya
pengaruh di media, Effendi Simbolon sama sekali tidak punya pengaruh di
media," ujarnya blak-blakan.
Karena itu, Umar yang juga staf pengajar di Institut Pemerintahan Dalam
Negeri (IPDN) itu menilai, sebenarnya pilgub Sumut hanya menjadi ajang
pertarungan empat pasangan calon. Yakni Gus Irawan-Soekirman, Amri
Tambunan-RE Nainggolan, Chairuman Harahap-Fadli Nurzal, dan Gatot Pujo
Nugroho-HT Erry Nuradi.
Perpaduan pasangan ini menjadikan pertarungan bakal sengit karena
masing-masing punya basis massa. "Empat pasangan ini yang akan sengit,
dukungannya merata. Effendi-Djumiran tidak saya anggap karena memang tak
jelas dukungannya," pungkas Umar. (jap)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar