SWARA DELI




Senin, 22 Oktober 2012

“Menghidupkan” Drs Hendry Bangun

 

Blantika musik daerah asset yang tak dapat dipandang sebelah mata.Dalam aktifitas pekerja seni di sektor satu ini, terbilang lumayan banyak sebagai produsen dan konsumennya.
Karo, satu diantara sub etnis di Sumut tak ketinggalan dalam memiliki andil di bidang musik untuk berbagai format.Satu demi satu karya pekerja seninya pernah menembus wilayah seni etnik ke masyarakat penikmat seni lainnya.
Satu diantara pekerja seni yang menorehkan tinta emas di seni musik tersebut adalah Drs Hendry Bangun.Karya ciptanya sempat sangat kondang ketika dibawakan Muchsin Alatas – Titik Shandora bertajuk “ Wayah E Wayah”.Diformat jenaka , kocak , berlumur cinta dengan bahan baku budaya Karo.dan enak disimak.
Begitu pula ketika “ Layam – layam Sitangke Ndoli” dilantunkan Rita Butar-butar.Syair cinta yang dikemas Drs Hendry Bangun pada lagu ini bagaikan tinta yang melekat di lembaran suara emas Rita Butar-butar.Digiring dengan musik yang dikemas Charles Hutagalung saat itu , maka tembang tersebut mampu menyita perhatian banyak orang di luar etnis Karo,
Itulah Drs Hendry Bangun. putra kelahiran Desa Suka Tanah Karo.Semua karyanya sarat dengan pesan berbahanbaku lingkungan,sederhana namun abadi di benak pengemarnya.
“Menghidupkan” kharisma Drs Hendry Bangun, itulah yang kini dilakukan pewaris karyanya.Pasca meninggalnya seniman yang juga PNS ini 21 Nopember 2010 baru kali ini karyanya diabadikan pada album compact disc (CD).Ada sembilan karya pilihan dipadukan Sanggar Tempaharu.Keluarga almarhum bergandengan tangan dalam mengusung karya – karya tersebut ke dapur rekaman. Tampak tertera nama putra tertuanya Mayor Karyadi Bangun , R Bangun dan Sastroy Bangun.Pendukung produksi melibatkan penyanyi Egi Suranta, Fitri Br Sinuraya , Harto Tarigan , Rasim Maha , Asmaria Br Ginting, piñata musik Marjoni Peranginangin ,Djasa Tarigan ,Balai Sinuraya DKK.
Menyimak produksi rekam suara kali ini, sebagian dari cita – cita besar penyelenggara dapat dikatakan mewakili karakter karya almarhum Drs Hendry Bangun.Betapa tidak , kebiasaan karya lagu bernuansa melankolis , duet jenaka penuh pantun serta syair berisi nasehat dan motivasi sudah tertuang pada “ Album Karya Cipta” Drs Hendry Bangun ini.
Keunggulan ini setidaknya mampu memuaskan kerinduan warga Karo dengan sosok Drs Hendry Bangun.Memang masih ada karya hebat yang tersimpan pada perbendaharaan pewarisnya , tetapi itulah awal pemuas dahaga rindu terhadap talenta yang menjadi milik warga Karo.Kesan manis ini makin kuat dengan tata gambar laksana padanan gambar – gambar pendukung tema lagu demi lagu.
Keberhasilan melambungkan album perdana ini tentunya wajar diikuti dengan kreatifitas produksi selanjutnya.Manakala memungkinkan, selanjutnya klasifikasi penyanyi perlu selektif guna memposisikan Drs Hendry Bangun tetap pada posisi yang elegan.Salah satu bobot karya ciptanya yang perlu diperhatikan bertaut pada kekentalan ”rengget” Karo yang pas memasuki ranah musik pop.
Sejumlah nama yang layak disandingkan disana sebut saja Harto Tarigan , Jhon Pradep , Anta Prima , Rosani Br Tarigan, Iren Bretty , Erwina Br Bangun atau Judika Sihotang.Bagaimana jadinya kalau lagu “Perpeltep Ketang” karya Drs Hendry Bangun dikemas dengan slow rock dibawakan Judika Sihotang ?
Menapak ke arah sana mesti dengan persiapan matang dan penuh perhitungan.Produser dengan kemampuan dan strategi lengkap sejak awal memikirkan segalanya mulai dari komposer , penyanyi , pemilihan lagu , pemasaran sampai kepada kualitas media yang dipilih ( Cd atau kaset).Semoga karya Drs Hendry Bangun tetap abadi di benak warga Karo.(*)
(Posted )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar