SWARA DELI




Senin, 22 Oktober 2012

Pak GM Guruku …

 


Catatan : Drs Jenda Bangun, Mantan Wartawan Harian SIB

Lima jam sebelum pukul 10.30 WIB hari Kamis 20 Januari 2011, di sebuah warung saya sangat fasih mengurai kisah gondang “Aek Sibulbulon”
Pemilik warung sebelah kantor heran dan mempertanyakan kenapa saya sangat hafal dengan salah satu gondang terkenal di budaya Batak tersebut.Spontan saya bilang, inilah lagu wajib setiap pertemuan warga Batak dalam mengabadikan komunitas bernama Lembaga Sisingamangaraja XII tahun 90-an.Saya tegaskan lagi, dari pertemuan komunitas itu saya mengenal spontanitas seorang GM Panggabean bergerak ritmis menarikan “Aek Sibulbulon” tersebut.
Dalam bayangan saya ,ketika gondang “Aek Sibulbulon” diperdengarkan pargonci Pak GM berdiri diantara ribuan massa.Mengenakan tutup kepala, ulos dan sepatu putihnya yang khas..
Tetapi apresiasai saya ini seketika berganti.Bagaikan gerakan tanpa wujud , lima jam setelahnya suasana tadi berganti fakta.Tokoh dengan huruf besar yang saya urai-jelaskan tersebut dikabarkan menghadap Tuhan di Singapura.Tersekat rasanya rongga mulut untuk berkomentar.Apalagi bagi saya Pak GM adalah guru dalam karir jurnalistik dengan segala kelengkapannya..
Sesepuh ratusan generasi jurnalis di Sumut itu, sebentar lagi akan meninggalkan semua kharisma yang pernah diwariskan kepada orang – orang yang dicintainya khususnya Harian Sinar Indonesia Baru yang fenomenal itu
Saya termasuk “anak buah” Pak GM yang berjalan lurus dalam karir warisannya. Bodoh kalau hal itu tidak saya akui.Semua ilmu yang pernah diajarkan selama 13 tahun bersama di Jalan Brigjen Katamso adalah bagian sejarah yang tidak terpisahkan dari pembangunan pers di daerah ini.
Pak GM adalah tokoh legendaris yang aslinya sangat menyenangkan. Meski ada yang mengenalnya sebagai tokoh yang berbanding terbalik dengan fakta diatas , yang jelas ia memilki perasaan yang halus namun tegas.
PK GM sering dikultuskan pihak tertentu sebagai sosok “Raja Sisingamangaraja XII”, dan sangat disegani lawan namun disukai kawan. Dalam beberapa hal, dia juga tidak mudah diajak kompromi apalagi berkaitan dengan hajat orang banyak.
Pengkultusan ini lekat dengan Pak GM.Bahkan kami yang pernah diterima bergabung di Harian Sinar Indonesia Baru sangat hormat dan santun kepadanya.Ini selalu dibiasakan di lingkungan kerja , antara satu dan lainnya mesti saling mengasihi.Didukung oleh orang – orang kepercayaannya maka jalannya kebijakannya memiliki karakter tersendiri di tengah masyarakat.Itu sebabnya selalu muncul anggapan bahwa menjadi anggota Pak GM berarti.punya nilai lebih tersendiri di komunitasnya..
“Apa kabar Bung,” begitulah kata sapaan Pak GM dalam kebersamaan selain menyapa wartawan dengan kata “You”..Dua cara panggilan ini disampaikan dalam suasana yang berbeda.Apabila menyenangkan maka ia akan menyapa dengan Bung , bila ingin menegur karena kelalaian kerja ia sapa dengan You.Saya belum pernah disapa dengan panggilan You apalagi sebutan lain.Nada suaranya yang ringan namun jelas membuat terasa adem manakala mendapata sapaan darinya
Tidak banyak yang tahu bagaimana ia selalu memotivasi bawahannya dalam mengejar karir.Yang jelas hal ini disampaikannya sesuai pengalaman hidupnya.Misalnya ketika Pak GM mengatakan, bahwa dengan peralatan yang canggih hasil kerja yang luar biasa maka disebutnya hal itu biasa saja.Namun, apabila dengan modal kesederhanaan mendapatkan hasil luar biasa maka hal itulah dicapnya sebagai prestasi.
Saya berupaya mencari informasi soal sejarah hidup Pak GM. Termasuk melacak literatur biografinya, namun tidak berhasil. Orang-orang terdekatnya juga lebih banyak menceritakan karir jurnalistiknya bersama pendiri Harian Waspada, entah kenapa tidak pernah ada yang bicara soal biografinya.Mungkin publik hanya mengetahui secuil dari kisah hidupnya dimasa lalu.
.Sejuta kesan mungkin sulit saya lupakan, tetapi sepuluh juta jasa Pak GM akan dikenang selalu.Kesempatan ini tidak cukup menguraikan jalan panjang yang pernah saya lalui bersamanya.Lalu, kalau saya tuliskan bisa jadi bukan pada tempat dan waktunya.Mungkin jawabnya, suatu ketika saya abadikan dalam sebuah buku
Lagu “Gugur Bunga” berbalutkan gondang “Aek Sibulbuli” memang layak diputarkan bagi Pak GM.Sebab harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Banyak yang cinta dan sayang kepada beliau, namun Tuhan ternyata lebih mencintainya. Selamat Jalan Pak GM.(Posted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar